Selasa, 29 Maret 2011

Budaya Bersih


 Membangun budaya bersih

1. DIRI SENDIRI
Menjaga kesehatan diri sendiri
Membuang sampah tidak sembarangan
Mengingatkan orang lain berlaku bersih
2. KELUARGA
Menciptakan lingkungan bersih dalam rumah
Memisahkan antara sampah organic dan non organic
Membuat pupuk kompos sendiri
3. MASYARAKAT
Membuat tempat sampah yang baik
Pengelolaan sampah skala kecil, misalnya membuat pupuk kompos
4. PEJABAT
Membuat peraturan yang tegas terhadap pelanggar kebersihan
Membangun pengelolaan sampah skala besar
Memberi contoh tentang kebersihan


 Menanamkan budaya bersih sejak dini

cara kita membudayakan atau cara Mematenkan Budaya Bersih Sejak dini antara lain :
1. Ajarkan anak bersih mulai dari menyusui, misalnya popoknya harus bersih, tempat tidurnya, kamarnya dan usahakan mengajak anak ketempat yang bersih-bersih saja.
2. Nyanyikan nyanyian yang membawa efek kebersihan, lagunya terserah anda..misalnya ...”bersihlah sayangku..manisnya sayangku..imutnya sayangku..yang bersih sejak dini..” ( karangan sendiri he he he ).
3. Ketika anak menginjak usia 6 bulan, perkenalkan tentang membuang sampah pada tempatnya. misalnya anda memegang tangannya sambil mengarahkan membuang sampah pada tempatnya, tapi sampah yang organik, misalnya kulit pisang.
4. Ajaklah anak sejak dini mengunjungi tempat-tempat yang bersih dan penuh pepohonan, ini akan merangsang otaknya tentang manfaat hidup bersih.
5. Perkenalkan tentang tong sampah.
6. Beri pengertian bahwa membuang sampah itu membawa kebaikan dan kesehatan serta beri contoh dengan cara anda membuang sampah pada tempatnya didepan anak.
7. Ajarkan anak mulai membersihkan kamar sendiri sejak dini.



 Budaya Bersih Bukan Simbol
Kawasan Ajatappareng kembali mendominasi penghargaan tertinggi di bidang kebersihan tahun ini. Kota Parepare meraih Adipura untuk keenam kalinya, Barru empat kali, dan menyusul Pinrang. Dengan beberapa kali meraih Adipura, seharusnya budaya hidup bersih itu sudah tertanam.
Budaya hidup bersih harus tertanam di masyarakat, bukan sekadar prestise, simbolis Adipura. Semangat Adipura adalah partisipasi masyarakat untuk sadar hidup bersih dan sehat. Namun realita di lapangan tampaknya tidak seperti itu? Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Parepare Mang Arfah tidak menampik, jika kesadaran itu baru muncul menjelang penilaian Adipura. "Selama ini pemerintah terus yang bekerja keras mendorong masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya. Padahal seharusnya partisipasi masyarakat," ujar Mang. Untuk itu, BLHD dan Dinas Kebersihan sudah merancang adanya kawasan khusus di Parepare yang bebas sampah.
Zona bebas sampah itu adalah di sepanjang Jalan Bau Massepe hingga Jl Hasanuddin dan Baso Dg Patompo (Hastom). Rencananya itu sudah efektif diterapkan dalam Juni ini. Namun untuk itu butuh regulasi. Wakil Ketua DPRD Parepare, Ir Syaefuddin Laintang merespons adanya regulasi untuk kebersihan. Dia mengatakan, aktivitas kebersihan itu tidak hanya sekadar saat momen penilaian Adipura, tapi harus tumbuh dari kesadaran masyarakat. "Kita inginkan adalah bagaimana semangat dari penghargaan tersebut tetap dilaksanakan tanpa adanya momen PialaAdipura," harapnya. Selain konsistensi semua eleman masyarakat dan pemerintah kota, kata legislator PKS ini, juga perlu adanya konsideran menstimulus secara kontinyu dengan ditunjang sarana dan prasarana. "Ada penyampaian dari instansi terkait dalam hal ini Dinas Kebersihan saat sharing dengan LPPD belum lama ini.
Ternyata masih banyak sampah yang tidak bisa terangkut setiap hari karena keterbatasan armada," terangnya. Olehnya itu, lanjut Syaefuddin, masalah inilah yang harus menjadi perhatian serius jika Parepare ingin berkompetisi lomba kebersihan tingkat Asia Tenggara. "Tidak hanya dengan dukungan masyarakat, tapi harus ditopang dengan regulasi," pintanya. Wakil Katua Komisi III, M Iqbal Chalik yang dihubungi terpisah mengatakan, penghargaan Piala Adipura yang diraih Parepare enam kali berturut-turut tidak terlepas dari kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah baik di lingkungan rumah tangga maupun masyarakat luas. "Inilah yang patut kita syukuri kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya sudah tinggi," ujarnya. Kendati demikian, kata Iqbal, yang perlu ditingkatkan adalah kesadaran individu melalui penyuluhan agar masyarakat di mana pun berada membuang sampah pada tempatnya. "Kita juga terkadang tidak sadar pada saat naik kendaraan, begitu saja membuang sampah di jalan," akunya. Dukungan lain yang penting juga diperhatikan, adalah lahan tempat pembuangan akhir (TPA) di km7 Parepare. "Terutama lahannya harus bersertifikat. Dan peremajaan kendaraan yang mendukung operasional pengangkutan sampah," katanya. Dikatakan Iqbal, terkadang armada pengangkut sampah sering terlambat akibat memang minimnya kendaraan. "Kita juga melihat usia armada itu memang sudah agak tua sehingga perlu peremajaan. Dan itu akan menjadi perhatian serius DPRD," janjinya. Kabupaten Barru yang meraih Piala Adipura kategori kota kecil untuk keempat kalinya berturut-turut punya trik tersendiri. Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Barru H Kamil Ruddin, mengatakan, prestasi ini tidak diraih begitu saja. "Inilah bukti hasil kerja masyarakat Kota Barru dengan pemerintah kabupaten dalam upaya menjaga kebersihan dan menata lingkungan, tanpa mengesampingkan peran para petugas kebersihan sebagai ujung tombak di lapangan," ujarnya.
Budaya hidup bersih menurut dia, sudah tertanam di masyarakat Barru. Ini memudahkan tugas pemerintah dalam memotivasi masyarakat akan pentingnya budaya hidup bersih dan sehat. Namun dia tidak menampik jika upaya membudayakan pola hidup bersih dan sehat itu sekaligus mempertahankan supremasi kota bersih butuh regulasi. Itu kata dia, menjadi tugas instansi terkait yakni Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Tata Ruang bersama legislatif. Plt Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Tata Ruang Barru, Andi Takdir, mengaku pihaknya masih menggodok regulasi soal kebersihan. "Seperti apa bentuknya apakah itu perda, peraturan atau keputusan bupati ini kita masih konsultasikan dengan eksekutif dan legislatif. Jelasnya saat ini kami masih fokus menyambut Adipura," ujarnya. Mantan Kabag Humas Pemkab Barru ini menambahkan, untuk tetap mempertahankan Piala Adipura pemkab berupaya menjaga kebersihan utamanya di sektor perkotaan. "Ditambah kesadaran warga untuk selalu menjaga kebersihan lingkungannya," tandasnya. Sementara Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Pinrang, Drs H Achmad Side MSi, juga punya trik tersendiri menyadarkan masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat. "Yang kami lakukan adalah bekerja keras dan ikhlas dengan petunjuk bapak bupati. Sehingga hasilnya dapat kita lihat sendiri, Pinrang berhasil mendapat Piala Adipura," ujarnya. Beberapa titik strategis yang menjadi penilaian Adipura di Pinrang, kini dipatok menjadi kawasan bebas sampah. Itu antara lain Jalan Jenderal Sudirman, Sultan Hasanuddin, Jenderal Sukawati, A Bau Massepe, A Makkasau, Bintang, Jenderal Gatot Subroto, dan beberapa titik vital lainnya. Titik rawan Adipura lainnya adalah pasar sentral, terminal, RSUD Lasinrang, beberapa kantor pemerintah, dan kawasan perumahan. Penanganan dan pengawasan kawasan bebas sampah ini ditunjang oleh SK tentang pembagian tugas dan penanggung jawab setiap titik Adipura. "Kita juga akan mengadakan rapat dengan instansi terkait, seperti KPK, perhubungan, kesehatan, rumah sakit, perindag, satpol PP untuk mengevaluasi sekaligus mencari solusi dalam meningkatkan kinerja khususnya di bidang kebersihan," paparnya. Selain kesadaran masyarakat, PNS juga diminta kesadarannya membudayakan hidup bersih dan sehat. Para PNS di Pinrang, diimbau sebelum beraktivitas atau melayani masyarakat untuk membersihkan lokasi kantornya masing-masing.

Kamis, 24 Februari 2011

PENGOBATAN ALTERNATIF


   Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau mengubah arah perkembangan penyakit.[91] Akupunktur telah digunakan untuk mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi HIV.[92] Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut memiliki dampak pada perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi beragam efek samping negatif yang serius.[93]
      Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa, meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian (mortalitas) akan berkurang pada orang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik.[94] Suplemen vitamin A pada anak-anak kemungkinan juga memiliki beberapa manfaat.[94] Pemakaian selenium dengan dosis rutin harian dapat menurunkan beban tekanan virus HIV melalui terjadinya peningkatan pada jumlah CD4. Selenium dapat digunakan sebagai terapi pendamping terhadap berbagai penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas.[95]
Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatan alteratif memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini, namun dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap AIDS. Manfaat-manfaat psikologis dari beragam terapi alternatif tersebut sesungguhnya adalah manfaat paling penting dari pemakaiannya.[96]
Namun oleh penelitian yang mengungkapkan adanya simtoma hipotiroksinemia pada penderita AIDS yang terjangkit virus HIV-1, beberapa pakar menyarankan terapi dengan asupan hormon tiroksin.[97] Hormon tiroksin dikenal dapat meningkatkan laju metabolisme basal sel eukariota[98] dan memperbaiki gradien pH pada mitoko

PENANGANAN


     Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP).[40] PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.

PENCEGAHAN


     Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaik


DIAGNOSIS


     Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat

PENULARAN SEKSUAL


     Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
       Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.[38][39] Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.

PENYEBAB


      AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
     Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.